Seringkali kalau kita berbicara tentang “kenyataan” maka hal tersebut adalah yang berkenaan dengan hal-hal yang bisa kita lihat atau yang bisa kita jamah, sesuatu yang merupakan sebuah fakta alami. Sesuatu yang berkenaan dengan hal-hal yang mungkin dikerjakan, bukan hal-hal yang mustahil. Mari kita lihat apa yang Alkitab katakan tentang kenyataan :
2 Kor. 4:18
Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.
Menurut Alkitab hal-hal yang bisa kita lihat justru adalah hal-hal yang sementara! Hal lain yang sifatnya sementara adalah keadaan. Kitab Pengkhotbah memberitahu kepada kita bahwa ada banyak siklus kehidupan : siklus ekonomi, siklus politik, siklus rohani dari suatu hal. Kalau kita tidak hati-hati, kita bisa terpaku akan keadaan tsb, dicengkeram oleh keadaan dan hal tersebut malah menjadi pembatas dalam kehidupan kita.
Menurut 2 Kor.4:18, apa yang bisa kita lihat secara alamiah, itu sebenarnya inferior kalau dibandingkan dengan apa yang bisa kita visualisasikan dan imajinasikan. Itu sebabnya waktu Roh Kudus turun dalam kehidupan Saudara maka Dia memberikan visi dan mimpi sehingga Saudara bisa bergerak ke arah keadaan terbaik yang Tuhan sediakan. Tidak heran jenius abad 20, Albert Einstein mengatakan “Imajinasi lebih penting dari pengetahuan!”
Kalau kita hanya hidup berdasarkan keadaan alamiah kita maka kita akan dibatasi oleh kenyataan! Dibatasi oleh keadaan, apa yang bisa dilihat, dijamah, dirasakan. Tetapi kalau kita hidup dalam realitas rohani yang kekal maka tidak ada yang mustahil bagi mereka yang percaya kepada Tuhan Yesus!
Kej. 39:1
Adapun Yusuf telah dibawa ke Mesir; dan Potifar, seorang Mesir, pegawai istana Firaun, kepala pengawal raja, membeli dia dari tangan orang Ismael yang telah membawa dia ke situ
Yusuf adalah seorang budak pada waktu itu! Tetapi menjadi budak dan berpikir seperti budak adalah dua hal yang berbeda!
Ay 2-3
Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil (KJV: Joseph was a “prosperous” man!) dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu. Setelah dilihat oleh tuannya, bahwa Yusuf disertai TUHAN dan bahwa TUHAN membuat berhasil (KJV = prosper) segala sesuatu yang dikerjakannya,
Walaupun Yusuf ada dalam posisi sebagai budak, tetapi dia mengadopsi pola pikir keberhasilan. Alkitab berkata bahwa sebagaimana seseorang berpikir demikianlah jadianya ia (Amsal 23:7). Tigabelas tahun setelah dicampakkan ke dalam sumur, dijual sebagai budak, difitnah, dipenjara, dilupakan Yusuf malah muncul sebagai penguasa di Mesir!
Kejadian 41:39-45
..Selanjutnya Firaun berkata kepada Yusuf: "Dengan ini aku melantik engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir."…. dan berserulah orang di hadapan Yusuf: "Hormat!" …Demikianlah Yusuf muncul sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir
Jangan sampai pola pikir kekurangan atau mentalitas kemiskinan mencengkeram pikiran kita. Jadilah seperti Yusuf –miliki pola pikir kelimpahan, mentalitas kemakmuran! Jangan sampai kenyataan membatasi kita. Apa yang kelihatan hanyalah sementara, yang tidak kelihatan justru bersifat kekal. Saya percaya kita menyembah Tuhan yang sama dengan yang Yusuf sembah. Tuhan akan bisa mengangkat kita jadi kepala,bukan ekor; selalu naik, tidak turun; diberkati waktu masuk, diberkati waktu keluar!